Archive | Desember 2012

      PEMBENTUKAN KATA, FRASA DAN KLAUSA

OLEH:
RESMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang terkesan mudah, tapi tidak jarang kita sering mengalami kesulitan dalam penggunaanya. Dalam ilmu bahasa terdapat dua tataran, yaitu tataran fonologi dan tataran gramatika atau tata bahasa. Pada tata bahasa terdapat kata, frasa,dan klausa.
Yang dimaksud kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat. Dapat dikatakan bahwa kalimat membicarakan hubungan antara sebuah klausa dan klausa lain. Karena unsur-unsur tata bahasa diatas yang begitu pentingnya untuk kita pelajari maka makalah yang berjudul Pembentukan kata , farasa dan klausa ini kami susun. Semoga dapat menambah pengetahuan kita sebagai calon pendidik, dan sebagai mahasiswa juga tentunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan jenis kata?
2. Apa pengertian dan jenis frasa?
3. Apa pengertian dan jenis klausa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis kata.
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis frasa.
3. Untuk mengetahui pengertian dan jenis klausa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kata
1. Pengertian kata
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
2. Jenis kata
Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
a. Kata kerja (verba)
b. Kata sifat (adjektiva)
c. Kata keterangan (adverbia)
d. Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
e. Kelompok kata tugas ialah :
• Kata Sandang (artikel)
• Kata Depan (preposisi)
• Kata Hubung (konjungsi)
• Partikel
• Kata Seru (interjeksi)
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh : – Saya menulis surat.
S P O
– Adik membeli balon.
S P O
f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh : – Mereka duduk di taman.
S P K
– Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
S P K
– Adik sedang mandi.
S P
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda.Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya.
Macam-macam adjektiva:
a. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks
contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
2. adjektiva bereduplikasi
contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
1. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
2. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
3. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
4. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
5. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
6. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
7. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Macam-macam adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
1. Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
2. Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
• Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
• Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
• Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
• Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
• Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
• Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
• Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
• Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
• Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
b. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacupada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda ataunomina.
Macam-macam pronomina:
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronominal persona, (2) pronomina penunjuk (3) pronomina penanya.
1. Pronomina Persona
• Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
• Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
• Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
• Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal),
• dan kami, kita (jamak)
• Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
• Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
• Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
• Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
• Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
• Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
Pronomina Penanya :
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.
c. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
• Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
• Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
• Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
• Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur
Misalnya: pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke + Num),
ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)
5. Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
b). Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
c). Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
d).Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar
kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra
lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:
a). Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
b). Preposisi turunan, terdiri atas:
(a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
(b). gabungan preposisi + preposisi + non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari tengah-tengah kerumunan.
(c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
(d). Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.
c. Kata Hubung (Konjungsi)
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.

Macam-macam konjungsi:
• Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
• Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
• Konjungsi pilihan, misalnya: atau
• Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.
• Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
• Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
• Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
• Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
• Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
• Konjungsi perluasan, misalnya: yang
• Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
• Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
• Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.

d. Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a). kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b). kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c). deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d). lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e). dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f). kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g). pun, misalnya: Membaca pun ia tak bisa.
h). toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.
B. Frasa
1. Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan grametikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Dengan kata lain, frasa atau kelompok kata di sebut juga sebagai kontruksi sintaksis yg terdiri atas bentuk bebas yg lebih kecil yang membentuk satu kesatuan dalam pembentukan kalimat. Misalnya, dalam prasa rumah ayah muncul makna baru yang mengatakan milik, dalam frasa rumah tinggal, muncul makna baru menyatakan untuk tinggal atau tempat tinggal. Dan contoh yang satu ini terdapat tiga kata, yaitu gedung sekolah itu adalah frasa yang terdiri atas tiga kata.
Untuk dapat menentukan unsur frasa tersebut harus di lihat apakah kata itu berkaitan dengan kata gedung atau dengan kata sekolah. apa bila kata itu berkaitan dengan kata gedung, frasa tersebut terdiri atas dua unsur, yaitu unsur gedung, unsur itu. Sebaliknya, apa bila kata itu berkaitan dengan kata seekolah, frasa geddung sekolah itu terdiri atas dua unsur pula, yaitu unsur gedung dan unsur sekolah itu.
2. Jenis Frasa
Berdasarkan kelas kata, frasa dapat di bedakan atas beberapa golongan yaitu:
a. Frasa nominal
Pembentukan frasa nominal dapat dilakukan dengan memperluas ke kiri dan ke kanan. Perluasn kekiri dilakukan dengan meletakkan kata penggolongannya tepat didepannya dan kemudian didahului lagi oleh numaralia.
Contoh:
1) lima ekor ayam
Num peng N
2) Dua buah buku
Num peng N
b. Frasa pronominal
Pronominal juga dapat dijadikan sebuah frasa. Untuk membentuk frasa pronominal harus mengikuti kaidah berikut.
1. penambahan numeralia kolektif
2. penambahan kata petunjuk
3. penambahan kata sendiri
4. penambahan klausa dengan yang
5. penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif.
c. Frasa numerial (keterangan)
Frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Umumnya frasa tersebut dibentuk dengan menambahkan kata penggolong.
Contoh:
– dua ekor (kerbau)
– lima orang (penjahat)
– tiga buah (rumah)
d. Frasa verbal
Frasa verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata kerja. Dengan kata lain inti dalam frasa tersebut berwujud kata kerja.
Contoh :
– sedang tidur
– telah belajar
e. Frasa adjectif
Frasa ini adalah inti yang berupa kata sifat.
Contoh:
– Tinggi sekali
– Besar sekali
– Amat tinggi
f. Frasa preposisional
Frasa ini terdiri atas preposisi sebagai direktornya dan diikuti oleh kata benda
Contoh:
– Dengan senjata tajam
– Di rumah sakit
3. Macam Frasa
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frase diklasifikasikan atas frase endosentris dan frase eksosentris. Sedangkan berdasarkan kategori/jenis kata, frase dikelompokan atas frase kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi.
a. Frase eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang mempunyai distribusi (penyebaran) yang tidak sama dengan unsurnya atau tidak mempunyai inti frase. Frase ini umumnya didahului oleh kata depan dan kata sambung.
Contoh:
di halaman
pada temannya
ke perpustakaan
b. Frase endosentris
Frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu unsurnya. Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah frase yang mempunyai inti frase.
1. Frase endosentris yang koordinatif ialah frase endosentris yang terdiri atas unsure-unsur yang setara. Di antara unsur-unsurnya dapat disisipkan kata dan/atau
Contoh:
suami istri, tiga empat, pembinaan pelaksanaan, belajar bekerja.
suami dan istri, tiga atau empat, pembinaan dan pelaksanaan, belajar atau bekerja.
2. Frase Endosentris atributif ialah frase endosetris yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara karena ada unsur inti dan bukan inti/atribut.
Contoh:
halaman luas
inti atribut
3. Frase endosentris apositif ialah frase yang atributnya berupa aposisi/keterangan tambahan.
Contoh:
Made, mahasiswa fapet, memiliki IPK tertinggi
Sapi, ternak ruminansia, berlambung ganda
C. Klausa
1. Pengertian Klausa
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa klausa.
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa merupakan kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur subjek dan predikasi, sedangkan frase tidak.
Perbedaan lainnya antara klausa dan frase adalah:
• klausa tidak berintonasi akhir dan tidak bertanda baca
• kalimat berintonasi akhir, bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru
2. Jenis Klausa
Jenis klausa dapat di bedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang berupa prediaktif, berdasarkan potensi untuk menjadi kalimat, dan berdasrkan tatarannya dalam kalimat hal lain.

a. Berdasarkan Struktur
Berdasarkan struktur, klausa dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
1) Klausa bebas
Adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat dan dapat berpotensi menjadi kalimat
2) Klausa terikat
Adalah klausa yang memiliki struktur tidak lengkap, unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja.
b. Berdasarkan Kategori Unsur Segmental Yang Menjadi Predikatnya
Klausa ini dapat di bedakan atas dua macam :
1) klausa verbal
2) klausa nonverbal
3. Macam Klausa
Klausa dibedakan menjadi dua macam, klausa utama dan klausa bawahan.
a. Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat dan isinya sudah dapat kita pahami. Dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa utama berfungsi sebagai inti kalimat.
b. Klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya sehingga klausa itu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk bertingkat atau campuran, klausa ini berkedudukan sebagai perluasan salah satu fungsi kalimat (fungsi: subjek, objek, pelengkap atau keterangan). Klausa bawahan (subordinatif) yang menjadi bagian klausa lain juga disebut klausa sematan.
Tedapat dua cara untuk menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk, yaitu hubungan koordinasi dan subkoordinasi. Hubungan koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat, sedangkan hubungan subordinasi menghubungkan dua klausa yang tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat. Konjugasi seperti dan, atau, dan tetapi menghubungkan klausa koordinatif dan konjugasi seperti bahwa, sesudah dan kalau menghubungkan klausa subkoordinatif.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi atas: kata kerja (verba), Kata sifat (adjektiva), Kata keterangan (adverbia), Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia) dan kata tugas.
Frasa adalah satuan grametikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frase diklasifikasikan atas frase endosentris dan frase eksosentris. sedangkan berdasarkan kategori/jenis kata, frase dikelompokan atas frase kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi.
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Berdasarkan struktur, klausa dapat dibedakan atas dua macam yaitu : klausa bebas dan klausa terikat sedangkan berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya klausa dapat di bedakan atas dua macam : klausa verbal dan klausa nonverbal.

B. Saran
Kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan saran-saran ataupun kritikan dari teman-teman semuanya, karena kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan serta keterbatasan yang kami miliki. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai.2006. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Kosasih, H.E., 2003. Ketatabahasaan dan Kesusteraan: Cermat Berbahasa Indonesia.Yrama Widya, Bandung.
P3B Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Indonesiatera, Yogyakarta.
Putrayasa, I B., 2008. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori dan Peran). P.T. Refika Aditama, Bandung.
http://bersastradalambahasa.blogspot.com/
http://pelitaku.sabda.org/
http://mazfixs.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Klausa#
http://endonesa.wordpress.com/?s=