Arsip

      PEMBENTUKAN KATA, FRASA DAN KLAUSA

OLEH:
RESMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang terkesan mudah, tapi tidak jarang kita sering mengalami kesulitan dalam penggunaanya. Dalam ilmu bahasa terdapat dua tataran, yaitu tataran fonologi dan tataran gramatika atau tata bahasa. Pada tata bahasa terdapat kata, frasa,dan klausa.
Yang dimaksud kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat. Dapat dikatakan bahwa kalimat membicarakan hubungan antara sebuah klausa dan klausa lain. Karena unsur-unsur tata bahasa diatas yang begitu pentingnya untuk kita pelajari maka makalah yang berjudul Pembentukan kata , farasa dan klausa ini kami susun. Semoga dapat menambah pengetahuan kita sebagai calon pendidik, dan sebagai mahasiswa juga tentunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan jenis kata?
2. Apa pengertian dan jenis frasa?
3. Apa pengertian dan jenis klausa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis kata.
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis frasa.
3. Untuk mengetahui pengertian dan jenis klausa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kata
1. Pengertian kata
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
2. Jenis kata
Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
a. Kata kerja (verba)
b. Kata sifat (adjektiva)
c. Kata keterangan (adverbia)
d. Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
e. Kelompok kata tugas ialah :
• Kata Sandang (artikel)
• Kata Depan (preposisi)
• Kata Hubung (konjungsi)
• Partikel
• Kata Seru (interjeksi)
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh : – Saya menulis surat.
S P O
– Adik membeli balon.
S P O
f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh : – Mereka duduk di taman.
S P K
– Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
S P K
– Adik sedang mandi.
S P
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda.Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya.
Macam-macam adjektiva:
a. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks
contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
2. adjektiva bereduplikasi
contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
1. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
2. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
3. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
4. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
5. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
6. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
7. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Macam-macam adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
1. Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
2. Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
• Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
• Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
• Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
• Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
• Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
• Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
• Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
• Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
• Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
b. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacupada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda ataunomina.
Macam-macam pronomina:
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronominal persona, (2) pronomina penunjuk (3) pronomina penanya.
1. Pronomina Persona
• Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
• Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
• Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
• Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal),
• dan kami, kita (jamak)
• Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
• Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
• Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
• Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
• Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
• Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
Pronomina Penanya :
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.
c. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
• Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
• Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
• Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
• Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur
Misalnya: pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke + Num),
ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)
5. Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
b). Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
c). Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
d).Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar
kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra
lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:
a). Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
b). Preposisi turunan, terdiri atas:
(a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
(b). gabungan preposisi + preposisi + non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari tengah-tengah kerumunan.
(c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
(d). Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.
c. Kata Hubung (Konjungsi)
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.

Macam-macam konjungsi:
• Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
• Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
• Konjungsi pilihan, misalnya: atau
• Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.
• Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
• Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
• Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
• Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
• Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
• Konjungsi perluasan, misalnya: yang
• Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
• Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
• Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.

d. Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a). kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b). kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c). deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d). lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e). dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f). kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g). pun, misalnya: Membaca pun ia tak bisa.
h). toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.
B. Frasa
1. Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan grametikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Dengan kata lain, frasa atau kelompok kata di sebut juga sebagai kontruksi sintaksis yg terdiri atas bentuk bebas yg lebih kecil yang membentuk satu kesatuan dalam pembentukan kalimat. Misalnya, dalam prasa rumah ayah muncul makna baru yang mengatakan milik, dalam frasa rumah tinggal, muncul makna baru menyatakan untuk tinggal atau tempat tinggal. Dan contoh yang satu ini terdapat tiga kata, yaitu gedung sekolah itu adalah frasa yang terdiri atas tiga kata.
Untuk dapat menentukan unsur frasa tersebut harus di lihat apakah kata itu berkaitan dengan kata gedung atau dengan kata sekolah. apa bila kata itu berkaitan dengan kata gedung, frasa tersebut terdiri atas dua unsur, yaitu unsur gedung, unsur itu. Sebaliknya, apa bila kata itu berkaitan dengan kata seekolah, frasa geddung sekolah itu terdiri atas dua unsur pula, yaitu unsur gedung dan unsur sekolah itu.
2. Jenis Frasa
Berdasarkan kelas kata, frasa dapat di bedakan atas beberapa golongan yaitu:
a. Frasa nominal
Pembentukan frasa nominal dapat dilakukan dengan memperluas ke kiri dan ke kanan. Perluasn kekiri dilakukan dengan meletakkan kata penggolongannya tepat didepannya dan kemudian didahului lagi oleh numaralia.
Contoh:
1) lima ekor ayam
Num peng N
2) Dua buah buku
Num peng N
b. Frasa pronominal
Pronominal juga dapat dijadikan sebuah frasa. Untuk membentuk frasa pronominal harus mengikuti kaidah berikut.
1. penambahan numeralia kolektif
2. penambahan kata petunjuk
3. penambahan kata sendiri
4. penambahan klausa dengan yang
5. penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif.
c. Frasa numerial (keterangan)
Frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Umumnya frasa tersebut dibentuk dengan menambahkan kata penggolong.
Contoh:
– dua ekor (kerbau)
– lima orang (penjahat)
– tiga buah (rumah)
d. Frasa verbal
Frasa verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata kerja. Dengan kata lain inti dalam frasa tersebut berwujud kata kerja.
Contoh :
– sedang tidur
– telah belajar
e. Frasa adjectif
Frasa ini adalah inti yang berupa kata sifat.
Contoh:
– Tinggi sekali
– Besar sekali
– Amat tinggi
f. Frasa preposisional
Frasa ini terdiri atas preposisi sebagai direktornya dan diikuti oleh kata benda
Contoh:
– Dengan senjata tajam
– Di rumah sakit
3. Macam Frasa
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frase diklasifikasikan atas frase endosentris dan frase eksosentris. Sedangkan berdasarkan kategori/jenis kata, frase dikelompokan atas frase kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi.
a. Frase eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang mempunyai distribusi (penyebaran) yang tidak sama dengan unsurnya atau tidak mempunyai inti frase. Frase ini umumnya didahului oleh kata depan dan kata sambung.
Contoh:
di halaman
pada temannya
ke perpustakaan
b. Frase endosentris
Frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu unsurnya. Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah frase yang mempunyai inti frase.
1. Frase endosentris yang koordinatif ialah frase endosentris yang terdiri atas unsure-unsur yang setara. Di antara unsur-unsurnya dapat disisipkan kata dan/atau
Contoh:
suami istri, tiga empat, pembinaan pelaksanaan, belajar bekerja.
suami dan istri, tiga atau empat, pembinaan dan pelaksanaan, belajar atau bekerja.
2. Frase Endosentris atributif ialah frase endosetris yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara karena ada unsur inti dan bukan inti/atribut.
Contoh:
halaman luas
inti atribut
3. Frase endosentris apositif ialah frase yang atributnya berupa aposisi/keterangan tambahan.
Contoh:
Made, mahasiswa fapet, memiliki IPK tertinggi
Sapi, ternak ruminansia, berlambung ganda
C. Klausa
1. Pengertian Klausa
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa klausa.
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa merupakan kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur subjek dan predikasi, sedangkan frase tidak.
Perbedaan lainnya antara klausa dan frase adalah:
• klausa tidak berintonasi akhir dan tidak bertanda baca
• kalimat berintonasi akhir, bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru
2. Jenis Klausa
Jenis klausa dapat di bedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang berupa prediaktif, berdasarkan potensi untuk menjadi kalimat, dan berdasrkan tatarannya dalam kalimat hal lain.

a. Berdasarkan Struktur
Berdasarkan struktur, klausa dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
1) Klausa bebas
Adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat dan dapat berpotensi menjadi kalimat
2) Klausa terikat
Adalah klausa yang memiliki struktur tidak lengkap, unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja.
b. Berdasarkan Kategori Unsur Segmental Yang Menjadi Predikatnya
Klausa ini dapat di bedakan atas dua macam :
1) klausa verbal
2) klausa nonverbal
3. Macam Klausa
Klausa dibedakan menjadi dua macam, klausa utama dan klausa bawahan.
a. Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat dan isinya sudah dapat kita pahami. Dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa utama berfungsi sebagai inti kalimat.
b. Klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya sehingga klausa itu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk bertingkat atau campuran, klausa ini berkedudukan sebagai perluasan salah satu fungsi kalimat (fungsi: subjek, objek, pelengkap atau keterangan). Klausa bawahan (subordinatif) yang menjadi bagian klausa lain juga disebut klausa sematan.
Tedapat dua cara untuk menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk, yaitu hubungan koordinasi dan subkoordinasi. Hubungan koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat, sedangkan hubungan subordinasi menghubungkan dua klausa yang tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat. Konjugasi seperti dan, atau, dan tetapi menghubungkan klausa koordinatif dan konjugasi seperti bahwa, sesudah dan kalau menghubungkan klausa subkoordinatif.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi atas: kata kerja (verba), Kata sifat (adjektiva), Kata keterangan (adverbia), Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia) dan kata tugas.
Frasa adalah satuan grametikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frase diklasifikasikan atas frase endosentris dan frase eksosentris. sedangkan berdasarkan kategori/jenis kata, frase dikelompokan atas frase kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi.
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Berdasarkan struktur, klausa dapat dibedakan atas dua macam yaitu : klausa bebas dan klausa terikat sedangkan berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya klausa dapat di bedakan atas dua macam : klausa verbal dan klausa nonverbal.

B. Saran
Kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan saran-saran ataupun kritikan dari teman-teman semuanya, karena kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan serta keterbatasan yang kami miliki. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai.2006. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Kosasih, H.E., 2003. Ketatabahasaan dan Kesusteraan: Cermat Berbahasa Indonesia.Yrama Widya, Bandung.
P3B Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Indonesiatera, Yogyakarta.
Putrayasa, I B., 2008. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori dan Peran). P.T. Refika Aditama, Bandung.
http://bersastradalambahasa.blogspot.com/
http://pelitaku.sabda.org/
http://mazfixs.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Klausa#
http://endonesa.wordpress.com/?s=

Pengertian Geografi

TUGAS MAKALAH
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI

OLEH:
RESMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi adalah sebuah planet yang menjadi tempat dimana manusia, hewan, dan tumbuhan bisa hidup dan bertempat tinggal. Namun tentunya mereka tidak hanya bermodal tubuh untuk bisa hidup dan bertempat tinggal. Mereka membutuhkan banyak pendukung untuk bisa mencapai itu.
Manusia, hewan, dan tumbuhan bersifat saling membutuhkan yang akhirnya akan terjadi proses kerja sama atau interaksi serta penyesuaian diri sebagai alat pendukung lahiriah yang bersifat sosial untuk mereka bisa bertahan hidup, berkembang biak, dan bertempat tinggal dengan aman, tentram, dan damai.
Selain alat pendukung lahiriah bersifat yang bersifat social berupa kerja sama dan saling berinteraksi tersebut di atas, dibutuhkan juga alat pendukung yang lain berupa sumber daya alam. Dengan adanya sumber daya alam yang mencukupi dan berpotensi, makhluk hidup di bumi yang indah ini akan bisa bertahan hidup dengan baik.
Namun, kita sebagai manusia, makhluk hidup yang diberi kelebihan berupa akal pikiran tidak seharusnya hanya bisa menggunakan sumber daya alam tersebut. Yang lebih penting kita lakukan adalah melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada tersebut agar tetap lestari, terjaga dengan baik, dan tetap bisa kita digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita, untuk menunjang kehidupan kita.
Lalu, bagaimana cara kita melestarikan dan menjaga sumber daya alam tersebut?
Sebelum kita melakukan kegiatan pelestarian tersebut, tentunya kita harus terlebih dahulu mengetahui serta mempelajari apa yang akan dan harus kita lestarikan. Bukan hanya itu, kita juga harus mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan alam, termasuk mengenai bentuk-bentuk alam sebagai ruang dimana manusia, hewan, tumbuhan tinggal dan sumber daya alam ada.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ilmu yang berhubungan dan bisa membantu kita mempelajari alam serta bentuk-bentuk ruang alam itu sendiri adalah ilmu geografi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas masalah ilmu geografi tetapi akan memusatkan pembahasan pada pengertian, ruang lingkup, dan tujuan geografi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu geografi?
2. Apa saja ruang lingkup ilmu geografi itu?
3. Apa saja objek kajian dalam ilmu geografi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Geografi
Secara bahasa, geografi berasal dari bahasa Yunani dari kata geo yang berarti bumi dan graphien yang berarti gambaran. Jadi, secara etimologi dapat diartikan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang gambaran bumi.
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografinya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing.
Definisi 2: Immanuel Kant (1724-1821). Geografi adalah ilmu yang objek studinya adalah benda-benda, hal-hal atau gejala-gejala yang tersebar dalam wilayah di permukaan bumi.
Definisi 3: Karl Ritter (1779-1859). Geografi merupakan suatu telaah tentang bumi sebagai tempat hidup manusia.
Definisi 4: Elsworth Huntington (1876-1947). Dalam bukunya (The Pulse of The Earth), geografi adalah study tentang fenomena permukaan bumi beserta penduduk yang menghuninya.
Definisi 5: Halford Mackinder (1861-1947). Geografi adalah ilmu yang fungsi utamanya menyelidiki interaksi manusia dalam masyarakat dengan lingkungan yang berbeda menurut lokasinya.
Definisi 6: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Definisi 7: Menurut R. Bintarto. Geografi adalah menciptakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut adalah mengkaji:
1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional (kewilayahan).
B. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Pengertian tentang geografi di atas menunjukkan bahwa yang dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan geografi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut. Geografi Fisik: Geografi fisik mempelajari gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk, relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses fisik yang terjadi di darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.
Geografi Sosial: Geografi sosial mempelajari segala aktivitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan, baik dalam lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa geografi sosial (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia.
Geografi Regional: Geografi regional mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik dari aspek fisik ataupun sosial sehingga dianggap sebagaio bentuk tertinggi dalam geografi.
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
1. Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik meliputi Geologi, Geomorfologi, Meteorologi dan Klimatologi, Hidrologi, Oceanografi, Biogeografi, Kosmografi, Pedologi.
2. Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia : Geografi Ekonomi, Demografi, Geografi Politik, Etnografi, Geografi Sosial, Geografi Industri,Geografi Pariwisata, Geografi Sejarah, Geografi Pertanian, Geografi Transportasi.
3. Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas:
Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota.
Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia.
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas: Kartografi, Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografis, Metode Kuantitatif Geografi.
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
Kajian terhadap wilayah (regional);
Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah; Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya.
Ruang Lingkup Kajian Geografi Regional
Geografi regional dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang di wilayah tertentu baik secara lokal, negara maupun benua. Yang dibicarakan semua gejala di wilayah yang bersangkutan baik gejala fisik maupun manusia.
Geografi Regional mengkaji:
a. Lokasi (location)
Lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dapat menjawab pertanyaan di mana (where) dan mengapa di sana (why is it thre) tidak di tempat lain.
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat bila dibandingkan dengan tempat dimana kita berada. Sedangkan jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut.
Ada dua macam lokasi, yaitu:
1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut ini mutlak adanya dan dapat dipercaya karena massa daratan relatif tetap, perubahannya kecil sekali dan berlaku umum di seluruh dunia. Melalui lokasi absolut kita dapat mengetahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi.
2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah disekitarnya. Seperti Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua. Dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia. Kedua benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
b. Tempat (place)
Tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi, flora dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan dan kebudayaannya).
Dalam mengkajisuatu tempat, kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu site dan situasi. Site berkenaan dengan kondisi internal suatu tempat atau daerah, seperti iklimnya, keadaan tanah, topografi, penduduknya, dan segala sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Situasi adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi suatu tempat bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
c. Hubungan Timbal balik (interelasi)
Setiap gejala dipermukaan bumi ini pada dasarnya adalah hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa antar faktor fisik, faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia. Contoh hubungan antar faktor fisik: ketinggian tempat dengan faktor iklim makro; kemiringan lereng dengan erosi; kesuburan lahan dengan jenis batuan; ketersediaan air tanah dengan curah hujan. Contoh hubungan antara faktor manusia: perdagangan; transportasi; komunikasi dan organisasi. Contoh hubungan antara faktor manusia dan faktor fisik: penggundulan hutan oleh manusia yang dapat menimbulkan banjir; penggalian bahan tambang yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; irigasi untuk pengairan; industri yang dapat meningkatkan daya dukung lahan dan pemanfaatan sinar matahari untuk sumber energi dan pertanian (greenhouse).
d. Gerakan (movement)
Setiap gejala di permukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan obyek tersebut ada yang tampak dan tidak tampak. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk memahami latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi dan dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Contohnya adalah terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim; perbedaan iklim disebabkan oleh adanya sirkulasi udara secara global di atmosfer.
e. Perwilayahan (regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, adapun kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada dasarnya adalah pengklasifikasian atau pengelompokan data kedalam data sejenis. Dari pengelomp[okan tersebut maka akan tampak daerah yang menunjukkan persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau ciri khas daerah suatu tempat itu dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia atau gabungan keduanya.
C. Objek Kajian Geografi
Menurut IGI terdapat 2 obyek kajian dalam geografi yaitu:
a. Obyek material
Merupakan sasaran atau obyek yang dikaji dalam geografi, dalam geografi obyek kajiannya berupa fenomena geosfer yang terdiri dari :
1) Atmosfer, yaitu lapisan udara: cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan Meteorologi
2) Lithosfer, yaitu lapisan batu-batuan yang dikaji dalam Geologi, Geomorfologi, Petrografi
3) Hidrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam Hidrologi dan Oceanografi
4) Biosfer, yaitu lapisan kehidupan: flora dan fauna yang dikaji dalam Biogeografi, Biologi
5) Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan-lapisan lainnya. Tema sentral artinya diutamakan dalam kajiannya.
b. Obyek formal
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengkaji fenomena dalam geografi. Pendekatan tersebut antara lain:
1) Pendekatan Keruangan
Fenomena geografi berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dan mempunyai pola keruangan/spasial tertentu (spatial structure).
2) Pendekatan Ekologi
Fenomena geografi membentuk suatu rangkaian yang saling berkaitan di dalam sebuah sistem, dengan manusia sebagai unsur utamanya.
3) Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis kompleks wilayah merupakan perpaduan antara analisis keruangan dan analisis ekologi.

BAB III
KESIMPULAN
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
Ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Terdapat 2 obyek kajian dalam geografi yaitu objek material dan objek formal. Objek material berkaitan dengan isi atau bahan kajian, sedangkan objek formal menyangkut metode atau pendekatan pengkajian.

DAFTAR PUSTAKA
http://pinterdw.blogspot.com/2012/01/obyek-kajian-geografi.html
http://arine-s.blogspot.com/2011/10/makalah-geografi-pengertian-ruang.html
http://andimanwno.files.wordpress.com/2010/08/geografi-dan-manfaatnya-dalam-kehidupan-sehari-hari.pdf